Kantor Berita Internasional Ahlulbait -ABNA- Hujjatul Islam Sayid Jawad Naqavi, Ketua Gerakan Kebangkitan Umat Mustafa di Pakistan, dalam pidatonya di kota Lahore, mengeluarkan peringatan keras terhadap proyek global yang ia sebut sebagai “Melupakan Palestina”, sebuah konspirasi berbahaya yang melibatkan penguasa-penguasa Arab dan didukung oleh kekuatan media serta permainan politik internasional.
Dalam orasinya, beliau menyatakan bahwa keheningan dunia Islam terhadap kejahatan rezim Zionis merupakan bagian dari proyek sistematis untuk menghapus Palestina dari ingatan umat. “Di zaman sekarang, media, permainan politik, dan penciptaan narasi sosial telah menjadi senjata kuat dalam mengendalikan kesadaran umat manusia,” ujar beliau.
Naqavi menegaskan bahwa konspirasi ini tidak hanya berasal dari Israel atau Amerika Serikat, namun sejumlah negara Arab juga terlibat aktif dan telah berubah menjadi penjaga kepentingan Zionisme. “Dengan alat-alat ini, konspirasi besar sedang dijalankan — konspirasi bernama ‘Melupakan Palestina’. Ini bukan lagi dugaan; ini kenyataan pahit,” tegasnya.
Ia mengkritik keras alokasi kekayaan negara-negara Arab yang dihabiskan untuk proyek-proyek miliaran dolar, namun tidak untuk Gaza, Masjid al-Aqsa, atau rakyat Palestina yang menjadi korban. “Mereka ingin menghapus nama Palestina dari sejarah, dan setelah dilupakan, mereka akan menjualnya. Pertama-tama hapus dari memori, lalu jadikan bahan transaksi,” tambahnya.
Naqavi menyoroti normalisasi hubungan beberapa negara Arab dengan Israel sebagai bentuk pengkhianatan nyata terhadap perjuangan Palestina. “Kita semua menyaksikan bagaimana beberapa negara Arab menjalin hubungan dengan rezim Zionis, menikam Palestina dari belakang, dan meninggalkan Masjid al-Aqsa sendirian,” ucapnya.
Namun demikian, menurutnya, poros perlawanan yang terdiri dari Hamas, Hizbullah, Ansarullah, dan Republik Islam Iran telah menggagalkan rencana-rencana jahat ini. “Poros ini telah membuktikan bahwa Palestina tidak bisa dilupakan, dan tidak mungkin dijual,” katanya.
Naqavi juga menyinggung peran media dan para analis politik yang dengan sengaja mengalihkan perhatian publik dari Gaza pada setiap kali gencatan senjata diumumkan. “Di balik layar gencatan senjata, serangan baru dimulai. Media diam, para pengamat bicara isu menyimpang, dan opini publik diarahkan pada hal-hal palsu,” tegasnya.
Ia menggambarkan situasi Palestina dengan penuh duka: “Gaza masih terbakar, Masjid al-Aqsa masih dijajah, anak-anak Palestina masih dikubur tanpa kafan, dan pengeboman masih berlanjut tanpa henti. Namun kita tetap bungkam. Bahkan para wakil rakyat kita tak berani menyebut nama Palestina.”
Mengakhiri pidatonya, Hujjatul Islam Naqavi menegaskan bahwa melupakan Palestina adalah kejahatan yang tidak bisa dimaafkan, terutama jika dilakukan oleh pihak yang memiliki tanggung jawab sosial dan moral. “Melupakan Palestina adalah kejahatan; mengabaikan luka Gaza adalah kejahatan; berpaling dari dinding Masjid al-Aqsa adalah kejahatan. Jika ini dilakukan oleh orang awam, mungkin bisa dimaafkan. Tapi jika dilakukan oleh ulama, penguasa, jurnalis, akademisi, atau politisi, maka itu adalah pengkhianatan yang tak akan pernah terampuni.”
Your Comment